Tubuhku lemas, segera setelah mendapati sosoknya, yang saat ini berdiri di hadapanku.
Barangkali semesta telah merencanakan ini sejak lama. Barangkali dia sudah lebih dulu tahu-- dia terlihat begitu tenang, pakaiannya begitu rapi dalam setelan jas warna hitam. Tapi tidak untuk aku.
Rasanya, aku ingin lenyap seketika dari dunia ini. Saat ini juga.
"Apa kabar?" Dia menyapaku.
Senyumnya terlihat canggung, meski matanya -- sorot matanya, masih sama seperti dulu. Saat semuanya masih baik-baik saja.
Aku, diam-diam menghitung sampai sepuluh. Menenangkan jantungku yang nyatanya berdegup begitu kencang. Baru kemudian aku menjawab, "Baik."
"Mau kemana?" Basa-basi kedua.
Aku berburuk sangka bahwa dia sedang berbasa-basi, seperti kawan lama yang tidak pernah bertemu, seperti bercakap dalam acara reuni sekolah.
"Pulang." Jawabku singkat. Aku benar-benar tidak berminat untuk balik bertanya.
"Ah, iya." Dia tersenyum.
Seorang perempuan, dengan dress selutut warna biru dongker bergaris hitam menghampiri kami. Tidak, lebih tepatnya menghampirinya. Cantik, begitu cantik.
Aku terpesona melihatnya, aku bisa jatuh cinta seketika padanya, seperti dulu yang pernah kurasakan pada mantan pacarku yang lainnya. Sebelum aku bertemu dengan dia.
"Kenalkan, ini istirku." Katanya sambil merangkul perempuan itu.
***
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ceritakan ceritamu, disini!