04/10/15

Tentang Kelopak Bunga yang Jatuh Berguguran

Tidak ada yang mengingat dengan pasti tentang waktu kedatangan kalian. Tidak ada yang menyadari telah berapa lama kalian berhadap dalam keheningan. Tidak ada yang menghitung berapa banyak tanya yang mengendap seiring dengan detik yang terlewat.

Tidak dia, tidak juga kau.
Dia, laki-laki yang selama ini lebih banyak bicara dibanding kau, terdiam menatapmu lekat-lekat. Mengabaikan bising di sekitar. Membuat jantungmu berdegup makin tidak karuan.

Sementara kau, seorang yang bertanggung jawab atas keheningan ini, tetap memilih untuk diam. Perdebatan di dalam pikiran dan hatimu tak kunjung usai. Membuatmu semakin resah karena tak kunjung bertemu jawab.

Kau hanya ingat potongan percakapan yang baru saja terjadi. Yang kau tahu, laki-laki di seberangmu itu baru saja mengucap kata yang selama ini kau yakini akan segera terjadi. Yang kau tahu, mulutmu terkunci rapat, hingga detik ini. Seperti seorang yang terkena mantra sihir.

Pikiranmu sibuk memutar masa lalu.

Kau terlalu sibuk mengingat.
Mengingat bagaimana dulu kau bertemu dengannya, lantas kau jatuh cinta. Mengingat bagaimana dulu kau begitu bahagia untuk setiap hal konyol tapi romantis yang dia lakukan. Mengingat bagaimana kau pernah menangis pada setiap perdebatan yang terjadi. Mengingat bagaimana dulu kau pernah terluka karena diam-diam dia menduakanmu.

Hatimu berontak. Kau menyadari bahwa setelah semua hal yang terjadi, semua tetap sama. Getar, debar, dan rasa untuknya. Kau menginginkannya sebesar kau ingin membuangnya dari hidupmu jauh-jauh. Bukan pada seberapa lama dan seberapa jauh dia telah meninggalkanmu, tapi seberapa yakin kau sendiri untuk menjalani dan mengulangi segala sesuatunya dari awal.

Yang kau sendiri juga tahu, kau tidak bisa berlama-lama dalam keheningan ini.

Kau berdehem pelan. 
Mata laki-laki itu tampak berbinar begitu mendengar suaramu. Sorotnya mengatakan ketidaksabarannya untuk mendengar jawabmu.

“Semuanya udah beda dan.... maaf, aku nggak bisa.”

Seketika itu juga, segala yang menyesakkan hatimu lenyap.
Kau merasa bebas. Seperti seorang merpati yang baru lepas dari kandangnya. Tidak ada lagi yang menahanmu.

Bukan dia,
bukan pula keraguanmu.



*Terinspirasi dari lagu Merpati yang Terluka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ceritakan ceritamu, disini!