23/06/15

How to stop time? #1

"Hai."

Hening selama belasan detik itu akhirnya pecah juga. Ada yang mengalah untuk mulai berbicara: kamu. 

Aku tersenyum getir. 

Hatiku terasa makin teriris mendengar suaramu. Sungguh, untuk melihat wajahmu pun aku merasa tidak sanggup. Rindu ini terlalu dalam hingga aku nyaris lupa bagaimana rasanya bahagia saat melihat dia-yang-kau-rindukan. Kamu, laki-laki yang pernah membuat hatiku berbunga sekaligus hancur berkeping-keping. Kamu adalah masa lalu yang tak pernah aku sesali. 

"Aku..." Kita bersuara, nyaris bersamaan.

Ada perasaan aneh yang menyembul di dadaku. Aneh, tapi familiar. Perasaan yang sudah lama sekali tidak pernah datang.

"Hahahaha, apa kabar?" Kamu terlihat begitu santai. 

Aku meringis. Ingin sekali aku menjawabnya. Tapi semuanya terasa berat. Entah kenapa.

Kita kembali saling diam. 
Bertatapan dalam jarak yang amat ganjil untuk dua orang yang tengah bercakap - terlalu jauh. 

Perlahan, aku lihat kamu berjalan mendekat. "Kanaya, aku...." 
Tanganmu meraih lenganku dan aku meresponnya dengan gerakan yang tidak pernah aku duga. 
Aku memelukmu, selama tidak kurang dari lima detik. 

Kamu terpaku, menatapku tak percaya.
Aku juga sama kagetnya, andai kamu tahu. 

"Selamat tinggal."
Aku berbalik dan berjalan menjauhimu. Secepat aku bisa. 

Di tangan kananku, ada kertas tebal berwarna merah tua. 

Undangan pernikahanmu dengan kekasihmu.

Pekalongan, 23 Juni 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ceritakan ceritamu, disini!